Before You Can Fly … You Have To Be Free

Before You Can Fly … You Have To Be Free

 

Kalimat yang dikutip dari tagline film “Mao’s Last Dancer” ini sangat mengilhami penulis untuk melakukan kontemplasi yang pada akhirnya dirangkai satu demi satu dalam artikel sederhana ini.

“Mao’s Last Dancer” adalah film yang diangkat berdasarkan autobiografi dari Li Cun Xin seorang penari balet yang dipilih untuk mewakili pemerintah China dalam program pertukaran pelajar ke Amerika. Ternyata pertukaran ini lambat laun mempengaruhi pola pikir dari Li sehingga ia memutuskan untuk tinggal di Amerika untuk berkarir. Suatu tempat dimana ia merasa jauh lebih bebas untuk mengekspresikan diri lewat setiap tarian yang dibawakan.

Sidang pembaca yang mulia tanpa kita sadari banyak sekali batasan yang ada dalam kehidupan ini. Batasan tersebut bisa terjadi karena faktor internal dan ada juga karena faktor external. Sering lingkungan yang kita tinggal perlahan namun pasti berubah menjadi “sangkar maya” yang membatasi kebebasan kita. Seseorang boleh saja hidup dalam kondisi serba berkecukupan dan nyaman namun orang terebut justru malah merasakan ketidaknyamanan (Feels Uncomfortable within a comfortable environment).

Untuk keluar dari sangkar maya ini seseorang memerlukan suatu keberanian untuk mendobraknya dan biasanya diperlukan suatu pengorbanan secara fisik maupun psikis, kadang-kadang pengorbanan tersebut dapat berupa renggangnya hubungan dengan “para pembatas” kita. Namun apabila kita yakin bahwa pengorbanan ini merupakan harga yang harus dibayar untuk terbang mencapai sukses yang lebih tinggi, maka hal ini mutlaklah diperlukan.

Celakanya justru kita yang telah terbang di langit bebas malah kembali ke “sangkar maya” karena kita tidak sanggup menghadapi persaingan di dunia nyata, atau kadang-kadang justru berhasil “dipaksa balik” oleh lingkungan. Ibarat penjara yang berhasil dibobol oleh napi, sekalinya napi tersebut berhasil ditangkap kembali maka pastilah semua penjagaan penjara tersebut akan diperketat;
Hal serupa berlaku pula pada “sangkar maya” kita, sekembalinya kita ke sangkar biasanya akan sangat sulit untuk keluar lagi. Akibatnya kita menjalani hari-hari dalam stress dan frustasi.

Salah satu “sangkar maya” yang paling populer dikenal dengan istilah Comfort Zone alias Zona Nyaman. Seorang bijak pernah berkata bahwa “Comfort Zone sejatinya adalah uncomfortable zone”. Kalimat tersebut benar adanya karena pikiran manusia cenderung untuk menghindari kata “tidak” maka lambat laun kitalah yang merubah zona uncomfortable (tidak nyaman) tadi menjadi
comfortable zone (zona nyaman)!

Nah sehingga pertanyaan sekarang….sudah siapkah kita untuk mendobrak para pembatas kita?

About wiidis

wii from sibolga, sumut.. born in 07 des 1990..
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

One Response to Before You Can Fly … You Have To Be Free

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *